Jakarta, KanalData.Com 2023 -Siapa,sih, yang nggak suka belanja? Kalau duitnya banyak, belanja di mana saja, dan kapan saja bakal semakin didukung dengan perkembangan teknologi saat ini.
Selain belanja lewat platform online atau dikenal e-commerce, masyarakat kini juga bisa berbelanja lewat media sosial. Fenomena ini kemudian disebut sebagai Social commerce.
Menurut DSInnovate, pasar social commerce di Indonesia tahun 2022 mencapai $8,6 miliar USD. Angka ini diperkirakan bakal terus tumbuh dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55%. Lalu di tahun 2028 nanti, pasar social commerce diproyeksikan bisa menyebut $86,7 miliar USD.
Social commerce bisa diartikan sebagai platform media sosial yang menyediakan fitur untuk transaksi. Nah, kalau di Indonesia sendiri sekarang ini Social commerce hanya di TikTok.
Berdasarkan model transaksinya, social commerce terbagi menjadi dua, yakni on platform transaksi yang dilakukan di atas platform seperti TikTok, dan transaksi via bank transfer atau lainnya seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp.
Secara global, transaksi social commerce diperkirakan tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan transaksi konvensional, dan akan mencapai $1,2 triliun USD pada tahun 2025. Angka ini naik sebesar $492 miliar USD dari tahun 2022.
Sekitar 62% pertumbuhan social commerce didorong oleh generasi milenial (33%), Gen-Z (29%), Gen-X (28%), dan babu bomber (28%). Kalau dilihat secara keseluruhan, social commerce sepertinya bakal siap mengambil sebagian besar pasar e-commerce, dong!
Meski belakangan ini semakin populer, keamanan transaksi di Social commerce masih dipertanyakan, Founders! Berbeda dengan marketplace seperti Shopee maupun Tokopedia yang diawasi pihak ketiga, transaksi di Social commerce bisa dikatakan cukup rawan penipuan. So, tetap berhati-hati saat bertransaksi di media sosial.
Apa itu Social Commerce?
Social Commerce adalah kombinasi antara media sosial dan perdagangan online. Menurut Hossain dan Rahman (2021), social commerce adalah “perdagangan elektronik yang melibatkan aktivitas sosial dan interaksi pengguna melalui platform media sosial, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi, membeli, dan menjual produk dengan cara yang lebih personal dan interaktif.” Dengan social commerce, konsumen dapat dengan mudah membagikan pengalaman dan merekomendasikan produk kepada teman-teman mereka di media sosial.
Perkembangan Social Commerce di Indonesia
Menurut data dari Hootsuite dan We Are Social pada Januari 2021, pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 160 juta orang, atau sekitar 58% dari total populasi Indonesia. Dari jumlah tersebut, pengguna aktif media sosial yang juga menggunakan media sosial untuk berbelanja mencapai 39%. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi pengembangan social commerce di Indonesia.
Perbedaan Social Commerce dengan E-Commerce
E-commerce dan social commerce adalah dua bentuk bisnis online yang berbeda. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
- Definisi: E-commerce adalah bentuk bisnis online di mana transaksi jual-beli terjadi melalui situs web atau aplikasi e-commerce. Sedangkan social commerce adalah bentuk bisnis online di mana transaksi jual-beli terjadi melalui platform media sosial.
- Fokus: E-commerce berfokus pada penjualan produk melalui situs web atau aplikasi e-commerce, sedangkan social commerce berfokus pada penjualan produk melalui platform media sosial.
- Tujuan: Tujuan e-commerce adalah untuk memberikan pengalaman berbelanja yang mudah dan nyaman bagi pelanggan dengan menawarkan produk-produk yang dijual secara online. Sedangkan tujuan social commerce adalah untuk meningkatkan keterlibatan sosial dengan pelanggan melalui media sosial dan memanfaatkan pengaruh dari jaringan sosial pelanggan.
- Interaksi: E-commerce hanya melibatkan interaksi antara pelanggan dan situs web atau aplikasi e-commerce. Sedangkan social commerce melibatkan interaksi antara pelanggan dan penjual di platform media sosial serta antara pelanggan dan jaringan sosial mereka.
- Pengaruh sosial: Social commerce sangat bergantung pada pengaruh sosial, di mana pelanggan membeli produk karena merekomendasikan atau melihat penggunaan produk dari teman-teman mereka di media sosial. Sedangkan e-commerce kurang bergantung pada pengaruh sosial dan lebih bergantung pada promosi dan iklan.
Meskipun demikian, e-commerce dan social commerce seringkali saling terkait dan terintegrasi satu sama lain. Banyak bisnis e-commerce juga memiliki kehadiran di platform media sosial untuk mempromosikan produk mereka dan menjangkau pelanggan yang lebih luas.
Contoh Social Commerce di Indonesia
Beberapa platform social media yang menjadi social commerce antara lain:
a. Facebook
Facebook memiliki fitur “Facebook Shop” yang memungkinkan bisnis untuk menjual produk langsung di halaman Facebook mereka. Pelanggan dapat melihat produk dan membeli langsung dari halaman Facebook tersebut.
b. Instagram
Instagram memiliki fitur Instagram Shoping yang memungkinkan bisnis untuk menandai produk pada postingan dan menjual produk secara langsung melalui aplikasi Instagram. Pelanggan dapat menemukan produk dan membeli langsung dari postingan Instagram tersebut.
c. Pinterest
Pinterest memiliki fitur “Pinterest Shop” yang memungkinkan bisnis untuk menjual produk secara langsung melalui platform Pinterest. Pelanggan dapat menemukan produk dan membeli langsung dari papan inspirasi Pinterest.
d. TikTok
TikTok baru-baru ini memperkenalkan fitur “TikTok Shopping” yang memungkinkan bisnis untuk menandai produk pada video TikTok mereka dan menjual produk secara langsung melalui aplikasi TikTok. Pelanggan dapat menemukan produk dan membeli langsung dari video TikTok tersebut.
e. YouTube
YouTube memiliki fitur “YouTube Shopping” yang memungkinkan bisnis untuk menandai produk pada video YouTube mereka dan menjual produk secara langsung melalui platform YouTube. Pelanggan dapat menemukan produk dan membeli langsung dari video YouTube tersebut.
Kelebihan Social Commerce
Social media commerce seperti Instagram, Facebook, dan TikTok memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan platform e-commerce di antaranya:
1. Meningkatkan visibilitas brand
Social media commerce memungkinkan bisnis untuk mempromosikan produk mereka kepada audiens yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas merek mereka. Dengan lebih dari 3 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia, Facebook, Instagram, dan TikTok menyediakan platform yang sangat luas untuk mengembangkan bisnis.
2. Kemampuan targeting yang lebih baik
Social media commerce memungkinkan bisnis untuk menargetkan konsumen potensial berdasarkan preferensi, perilaku, dan lokasi. Ini memungkinkan bisnis untuk lebih spesifik dalam memasarkan produk mereka kepada calon pelanggan yang tepat.
3. Interaksi langsung dengan pelanggan
Social media commerce memungkinkan bisnis untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan mereka. Dengan berinteraksi dengan pelanggan di platform sosial media, bisnis dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan pelanggan mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
4. Memudahkan transaksi
Social media commerce memungkinkan bisnis untuk menjual produk langsung di platform sosial media mereka. Dengan fitur-fitur seperti tombol “Beli Sekarang” di Instagram dan TikTok, pelanggan dapat melakukan transaksi langsung di platform sosial media tanpa harus dialihkan ke platform e-commerce yang terpisah.
5. Pemasaran influencer yang efektif
Social media commerce memungkinkan bisnis untuk memanfaatkan pemasaran influencer secara efektif. Dengan bekerja sama dengan influencer, bisnis dapat memperluas jangkauan merek mereka dan mempromosikan produk mereka kepada audiens yang lebih luas.
Kesimpulan
Social commerce adalah tren baru dalam perdagangan online yang mengintegrasikan elemen sosial ke dalam transaksi perdagangan, sehingga tercipta interaksi antara pelanggan dan penjual. Dengan pengguna aktif media sosial mencapai 160 juta orang, social commerce memiliki potensi besar untuk berkembang lebih lanjut di Indonesia.
Minat dari investor lokal hingga asing untuk memberikan pendanaan kepada platform social commerce juga terlihat semakin meningkat. Meskipun tidak selalu fokus kepada pengembangan teknologi atau berbasis teknologi, namun jika platform social commerce memiliki visi yang baik yaitu menjangkau lebih banyak area di kota tier 2 dan 3, ternyata mampu menarik perhatian dari investor untuk memberikan kepercayaan.
Dalam laporan juga disebutkan, GMV (Gross Merchandise Value) untuk industri e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai $104 miliar pada tahun 2025. Terlepas dari platform e-commerce yang sudah banyak digunakan oleh pengguna, masih ada potensi pasar yang besar dari masyarakat terfragmentasi di media sosial.
Bagi platform social commerce yang saat ini perlu diperhatikan adalah, bagaimana model bisnis yang berkelanjutan, unit ekonomi dan visi yang mereka tawarkan bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan barang dengan cepat dan harga terjangkau lebih baik lagi.