Jakarta, KanalData.Com 2023 -Sumber daya manusia (SDM) yang memahami chatbots, data science, dan software engineer, kini banyak dicari oleh kantor pengacara atau firma hukum (law firm). Hal ini untuk melayani kebutuhan klien yang menginginkan jasa di bidang hukum dengan harga yang lebih murah.
Kepala praktik teknologi hukum MacFarlanes, Chris Tart-Roberts, mengatakan semakin banyak kantor pengacara yang mengiklankan jasa hukum yang dikaitkan dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ia melihat tren baru ini sudah berlangsung selama 6 bulan.
“Persaingan mendapatkan SDM di bidang teknologi hukum sangat ketat dan telah berlangsung selama beberapa waktu ini,” ungkap Chris Tart-Roberts.
Revolusi dalam AI generatif, machine learning yang dapat membuat prediksi, telah mempercepat industri hukum mencari teknologi yang lebih efektif. Banyak perusahaan sekarang membentuk tim mencari cara menggunakan AI generatif di semua area praktik mereka.
Menurut penelitian terbaru University of Pennsylvania, layanan hukum merupakan pekerjaan yang paling rentan terdisrupsi oleh software seperti ChatGPT. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa AI dapat menggantikan sebagian besar pekerjaan pengacara junior.
Teknologi yang dapat diakses secara luas ini sangat cocok pada pekerjaan hukum yang memakan waktu, karena kemampuannya menganalisis dokumen besar secara instan, memprediksi argumen yang akan digunakan lawan berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, atau menyusun pertanyaan deposisi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Allen & Overy dari firma hukum terkemuka di Inggris Magic Circle jadi yang pertama menggunakan chatbot untuk membantu pengacaranya menyusun kontrak dan memo klien pada awal tahun ini. Para pesaingnya kini sedang menguji coba ‘asisten’ hukum AI seperti CoCounsel dari Casetext Inc.
Allen & Overy berencana menambah lebih banyak talenta data science ke dalam tim pengacara dan developer yang beranggotakan 20 orang guna mengerjakan software bertenaga AI yang dapat menyusun klausul kontrak atau memfasilitasi negosiasi, ujar Francesca Bennetts, seorang mitra di firma hukum itu.
Baru-baru ini kantor pengacara yang berbasis di Inggris, Travers Smith, mempromosikan salah satu software engineer ke posisi manajer AI dan sedang mencari talenta untuk membangun model AI khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Manajer inovasi kantor pengacara Weightmans, Catriona Wolfenden, mengungkapkan pihaknya memperkerjakan dua engineer hukum junior tahun ini guna memenuhi permintaan klien akan keahlian teknologi.
“Ini adalah tren yang tidak salah lagi,” kata Christina Blacklaws, seorang konsultan hukum dan ketua Lawtech UK, sebuah proyek mentransformasi industri hukum Inggris melalui teknologi yang didukung oleh pemerintah. “Banyak dari perubahan didorong oleh klien yang menginginkan lebih banyak [bantuan hukum] dengan harga lebih murah: lebih banyak transparansi, layanan hukum yang lebih hemat biaya.”
Lanskap pekerjaan yang berubah ini bahkan mengubah kurikulum sekolah hukum. Dekan fakultas teknik elektro, elektronik, dan ilmu komputer University of Liverpool Katie Atkinson mengatakan kini pihaknya menawarkan modul untuk mengajarkan mahasiswa berinteraksi dengan perangkat teknologi hukum.
“Ini bukan berarti semua pengacara akan digantikan oleh data science,” kata Atkinson. “Ini lebih seperti ada beberapa peran baru yang akan muncul.”