Jakarta, KanalData.Com 2023 -Jelang menghelat Worldwide Developers Conference (WWDC), Apple kerap menggelar kompetisi developer Swift Student Challenge. Ada dua nama anak muda yang jadi jawara dari Indonesia.
Ada Cindy Amanda Onggirawan yang membuat game bertajuk Kolintang Maestro. Serta Achmad Syarief Thalib yang membesut aplikasi agar pengguna dapat dengan mudah melihat visualisasi persamaan Lorenz Attractor.
Seperti apa perjalanan mereka hingga karyanya memenangi Apple Swift Student Challenge 2023.
Cindy Amanda Onggirawan
Cindy saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi semester enam jurusan Ilmu Komputer Binus University. Mengejutkannya dunia pemprograman bukanlah sesuatu yang awalnya dia pertimbangkan, semua bermula temannya di SMA yang mengenalkannya platform media sosial populer.
“Pesona tren dan konten menarik menarik perhatian saya, tetapi saya segera menyadari adanya kekurangan dalam pengalaman pengguna, seperti bug yang terus-menerus, filter yang lambat, dan copywriting yang menyesatkan. Masalah-masalah ini menginspirasi saya untuk mengambil tindakan sendiri. Mengapa tidak membuat website atau aplikasi saya sendiri, di mana saya bisa membentuk algoritma dan meningkatkan kepuasan pengguna?” ujarnya.
Beruntung Cindy dikelilingi oleh teman-teman yang mendukung membuatnya berani terjun ke dunia koding. Dia pun memulai perjalanannya dengan mempelajari bahasa pemrograman C dasar lalu dilanjutkan bahasa pemrograman Swift yang dipakai untuk membuat aplikasi iOS.
“Saya terus mencari bimbingan dari mentor, rekan kerja, dan komunitas online,” ungkapnya.
Cindy coba mengasah kemampuannya dengan mengikuti Swift Student Challenge 2023. Dia mengaku diliputi keraguan karena merasa kurang jago dibanding pengembang lain, namun banjir dukungan dari teman-temannya mengobarkan semangatnya.
Aplikasi Kolintang Maestro Foto: Apple |
Perempuan yang berusia 20 tahun ini berhasil membuat aplikasi permainan Kolintang Maestro. Konsepnya muncul dari kegemaran dirinya mengikuti kelas Kolintang di SMA dan kekagumannya terhadap visualisasi nada piano di YouTube.
“Mengapa tidak membuat permainan saya sendiri yang menggabungkan alat musik Kolintang dengan gerakan dinamis dari not angka, disertai dengan lagu-lagu daerah Indonesia yang menarik” terangnya.
Didorong oleh ide ini, Cindy mengimplementasikan dua fitur utama. Fitur pertama menangani tantangan memainkan lagu tanpa perlu menghafal not musik.
Dia menyertakan not angka yang jatuh guna membimbing jari pemain untuk menekan bilah Kolintang yang sesuai. Fitur kedua menangani kompleksitas memainkan akor tanpa memahami pola akor.
Alih-alih tombol konvensional untuk menghasilkan suara akor mayor dari C hingga C#, Cindy merancang lingkaran di bagian bawah layar yang harus ditarik ke arah lingkaran berwarna yang cocok.
Pengembangan dua fitur ini berlangsung sekitar satu minggu. Dibimbing mentornya, dia berhasil menggabungkan pola desain Model-View-ViewModel (MVVM) ke dalam proyek ini.
Achmad Syarief Thalib
Achmad Syarief Thalib merupakan jebolan Apple Developer Academy @Binus. Dia mengaku punya minat tinggi dan aktif mengeksplorasi bidang matematika.
“Banyak orang hanya melihat matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan berpikir bahwa matematika tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita. Tapi saya ingat guru SMA saya mengatakan bahwa “Jika Anda belajar dan menguasai matematika, Anda akan memahami kehidupan”. Awalnya saya tidak tahu apa artinya, tetapi setelah mengambil jurusan matematika di perguruan tinggi saya pikir ada banyak konsep matematika yang bisa kita kaitkan dalam kehidupan kita,” tuturnya.
Ada pun pertemuannya dengan dunia koding dan algoritma berawal saat kuliah di jurusan Matematika IPB. Kendati tidak mempelajari secara mendalam, menurutnya koding dan matematika saling terkait satu sama lain.
“Sebagai orang yang belajar Matematika, saya pikir koding adalah kunci untuk memahami matematika lebih lanjut. Sebagai contoh, ada beberapa hal (dalam matematika) yang bisa lebih mudah dipahami ketika kita bisa melihat visualisasinya. Bagaimana cara membuat visualisasinya? Kode adalah jawabannya,” ujarnya.
Seperti mendapatkan kesempatan kedua, Achmad mendalami koding kembali di Apple Developer Academy. Kali ini dia begitu serius mempelajarinya.
“Dari sini saya tahu bahwa koding tidak hanya untuk membuat aplikasi atau website tetapi koding bisa membantu kita untuk memecahkan masalah nyata di sekitar kita. Saya bersemangat untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang koding dan saya berharap saya bisa menciptakan sesuatu yang membantu orang-orang,” tuturnya.
Aplikasi Lorenz Attractor Foto: Apple |
Buah dari ketekunannya menghasilkan karya berupa aplikasi yang bantu pengguna dapat dengan mudah melihat visualisasi persamaan Lorenz Attractor. Awalnya dia ingin memperkenalkan persamaan yang berkaitan dengan konsep tentang kehidupan, namanya efek kupu-kupu.
Dijelaskan Achmad, efek kupu-kupu adalah gagasan bahwa peristiwa kecil yang tampaknya sepele pada akhirnya dapat menghasilkan sesuatu dengan konsekuensi yang jauh lebih besar. Ide ini diperkenalkan oleh Edward Lorenz yang menemukan pola yang tidak biasa saat meneliti cuaca.
Kemudian Lorenz membuat model dari sistem itu dengan tiga persamaan diferensial nonlinear untuk menggambarkan hal tersebut. Model tersebut kemudian dikenal dengan Lorenz Attractor. Persamaan ini memungkinkan kita untuk melihat pola acak yang bergantung pada perubahan parameter, yang merupakan inti dari efek kupu-kupu.
Achmad lantas membuat aplikasi yang memungkinkan pengguna melihat visualisasi persamaan Lorenz Attractor. Pada aplikasi ini, dia menggunakan SwiftUI dan SceneKit untuk membuat visualisasi dan animasi persamaan.
Pengguna juga dapat mengedit nilai parameter yang akan mengubah visualisasi persamaan. Menggunakan AVKit memungkinkan Achmad menambahkan musik latar untuk menambahkan suasana ke aplikasi.
“Dengan membuat aplikasi ini saya berharap orang bisa melihat matematika dari sisi lain. Saya juga ingin mereka melihat matematika sebagai sesuatu yang indah dari visualisasi yang dibuat oleh aplikasi ini,” kata Achmad.
Yang terpenting, saya ingin memberikan dorongan kepada orang lain untuk menjadi bijak dalam hidup mereka. Karena ada konsekuensi dari setiap tindakan yang kita lakukan,” tandasnya.